Kamis, 14 November 2013

9.10. Manusia dan Tanggung Jawab

Nama: Farouq Fathurrahman
Kelas: 1PA13
NPM: 13513270

A. Pengertian Tanggung Jawab
          Tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah yang menyebabkan frekwensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda.
           Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Manusia yang bertanggung jawab adalah manusia yang berani menghadapi masalahnya sendiri.

B. Macam-Macam Tanggung Jawab
1. Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri
       Tanggung jawab terhadap diri sendiri, yaitu menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah mengenai dirinya sendiri. Menurut sifat dasarnya, manusia adalah makhluk bermoral, tetapi manusia juga seorang pribadi, karena itu manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, dan angan-angan sendiri.
2. Tanggung Jawab Terhadap Keluarga
      Keluarga merupakan masyarakat kecil. Tiap anggota keluarga wajib bertanggungjawab pada keluarganya. Tanggung jawab ini tidak hanya menyangkut nama baik keluarga, tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.
3. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat
     Pada hakikatnya, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain, maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian, manusia disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab, agar dapat melangsungkan hidupnya di dalam masyarakat tersebut.
4. Tanggung Jawab Kepada Bangsa / Negara
        Setiap manusia atau individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir dan bertindak, manusia terikat oleh norma-norma dan aturan. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Jika perbuatannya salah, dan melanggar aturan dan norma tersebut, maka manusia itu harus bertanggung jawab kepada bangsa atau negaranya.
5. Tanggung Jawab terhadap Tuhan
        Penciptaan manusia dilandasi oleh sebuah tujuan luhur. Maka, tentu saja keberadaannya disertai dengan berbagai tanggungjawab. Konsekuensi kepasrahan manusia kepada Allah Swt, dibuktikan dengan menerima seluruh tanggungjawab (akuntabilitas) yang datang dari-Nya serta melangkah sesuai dengan aturan-Nya. Berbagai tanggung jawab ini, membentuk suatu relasi tanggungjawab yang terjadi antara Tuhan, manusia dan alam. 
        Hal tersebut meliputi antara lain: tanggungjawab manusia terhadap Tuhan, tanggungjawab manusia terhadap sesama, tanggungjawab manusia terhadap alam semesta serta tanggungjawab manusia tehadap dirinya sendiri. Tanggungjawab manusia terhadap Tuhan meliputi dua aspek pokok. Pertama, mengenal Tuhan. Kedua, menyembah dan beribadah kepada-Nya.

C. Pengabdian dan Pengorbanan
      Wujud tanggung jawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian dan pengorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu sendiri.
1. Pengabdian
       Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran dan pendapat sebagai perwujudan kesetiaan, atau suatu kesetiaan yang di lakukan dengan ikhlas.
     Pengabdian itu ada hakekatnya yaitu rasa tanggung jawab. Apabila orang bekerja keras seharian penuh itu untuk mencukupi kebutuhannya. Lain halnya jika kita hanya membantu teman dalam kesulitan mungkin sampai berhari-hari itu bukan pengabdian, tetapi hanya sebuah bantuan saja. 
2. Pengorbanan
    Pengorbanan berasal dari kata korban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengharapkan suatu imbalan maupun pamrih dari orang lain.
Perbedaan Pengabdian Dan Pengorbanan 
   Perbedaan antara pengertian pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanannya. Antara sesama kawan sulit di katakannya pengabdian, karena kata pengabdian mengandung arti lebih rendah tingkatnya, tetapi untuk kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepada sesama teman.
    Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa bentuk harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya.
   Pengabdian lebih banyak menunjukan kepada perbuatan sedangkan pengorbanan lebih banyak menunjukan kepada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran ,perasaan, tenaga, biaya, dan waktu. Dalam pengabdian selalu dituntut suatu pengorbanan, tetapi pengorbanan belum tentu menuntut suatu pengabdian. 

Sumber:

8. Manusia dan Pandangan Hidup

Nama: Farouq Fathurrahman
Kelas: 1PA13
NPM: 13513270

A. Pengertian Pandangan Hidup
          Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup bersifat kodrati dan menentukan masa depan seseorang. Pandangan hidup adalah pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan atau petunjuk hidup di dunia. Dengan demikian pandangan hidup bukanlah timbul dalam waktu yang singkat, tetapi melalui proses waktu lama, sehingga hasil pemikiran itu dapat teruji kenyataannya. 
Pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya, yakni menjadi 3 yaitu:
1. Pandangan hidup yang berasal dari agama, yaitu pandangan yang mutlak kebenarannya.
2. Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
3. Pandangan hidup hasil renungan, yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
Pandangan hidup pada dasarnya memiliki 4 unsur, yaitu:
- Cita-cita
- Kebajikan
- Usaha
- Keyakinan /  Kepercayaan
          
          Pengertian Ideologi adalah gabungan antara pandangan hidup yang merupakan yang merupakan nilai –nilai yang telah mengkristal dari suatu bangsa serta Dasar Negara yang memiliki nilai-nilai falsafah yang menjadi pedoman hidup suatu bangsa. Selain itu, Ideologi merupakan hasil reflesi manusia berkat kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka terdapat suatu yang bersifat dialektis antara idiologi dengan masyarat negara. Di suatu pihak membuat idiologi semakin realistis dan pihak yang lain mendorong masyarakat mendekati bentuk yang ideal. Ideologi mencerminkan cara berfikir masyarakat,bangsa maupun negara,namun juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya.

B. Cita-cita
         Keinginan, harapan, atau tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Hal-hal tersebut merupakan sesuatu yang ingin diperoleh seseorang pada masa mendatang. Dengan demikian, cita-cita merupakan semacam garis linier yang semakin lama semakin tinggi.
          Apabila cita-cita itu tidak atau belum mungkin terwujud, maka disebut dengan angan-angan. Disini persyaratan dan kemampuan tidak / belum terpenuhi sehingga usaha untuk mewujudkan cita-cita tidak dapat dilakukan.
Faktor seseorang dapat mencapai cita-citanya:
1. Faktor manusianya, yaitu seseorang yang memiliki cita-cita. Jika seseorang itu niat dalam berusaha mewujudkan cita-citanya, maka kemungkinan orang tersebut meraih cita-cita itu lebih besar dibanding orang yang tidak berniat (berkemauan).
2. Faktor Kondisi, yaitu sesuatu kondisi yang dapat mempengaruhi lancar atau tidaknya seseorang meraih cita-citanya. Contohnya, seseorang ingin menjadi seorang dokter. Untuk menjadi seorang dokter, membutuhkan uang yang besar untuk pendidikannya. Sedangkan ia tidak mempunyai uang untuk membiayai sekolah dokter. "Tidak memiliki uang" itulah yang merupakan kondisi yang dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya terhadap cita-citanya menjadi seorang dokter.
3. Faktor tingginya cita-cita, merupakan faktor terakhir yang dapat mempengaruhi seseorang mencapai cita-citanya. Memang benar suatu cita-cita harus digapai "setinggi langit", tetapi seorang manusia pun harus berfikir apakah ia akan cepat mampu untuk mencapai cita-citanya. Misalkan seseorang yang cita-citanya menjadi lulusan S3 akan lebih sulit dan lebih lama waktunya dibanding dengan seseorang yang bercita-cita hanya menjadi lulusan S1 saja.

C. Kebajikan
        Kebajikan adalah perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan pada hakikatnya sama dengan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama dan etika. Manusia berbuat baik karena menurut kodratnya manusia itu baik dan merupakan makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik.
           Jadi, kebajikan adalah perbuatan yang selaras dengan hati nurani, suara hati masyarakat dan hukum Allah. Kebajikan berarti berkata sopan santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah kepada siapapun, dan berpakaian sopan.

D. Usaha / Perjuangan
          Usaha/perjuangan  adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Setiap manusia hams kerja  keras untuk kelanjutan hidupnya, Sebagian hidup manusia adalah  usaha/perjuangan. Perjuangan   untuk  hidup, dan ini sudah kodrat manusia. Tanpa usaha / perjuangan, manusia tidak dapat hidup sempuma.  Apabila manusia bercita-cita menjadi kaya, ia harus kerja keras. Apabila seseorang bercita-cita menjadi ilmuwan, ia harus rajin belajar dan tekun serta memenuhi semua ketentuan akademik.
          Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak/ilmu maupun dengan tenaga/jasmani, atau dengan kedua-duanya. Para ilmuwan lebih banyak bekerja keras dengan otak / ilmunya daripada dengan  jasmaninya. Sebaliknya  buruh atau petani lebih banyak menggunakan jasmani daripada otaknya. Para tukang dan ahli lebih banyak menggunakan  kedua-duanya   (otak dan jasmani)  daripada salah satunya. Para politisi lebih banyak kerja otak daripada jasmani. Sebaliknya, para prajurit lebih banyak kerja jasmani  daripada otak.

E. Keyakinan atau Kepercayaan
       Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar atau, keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Jika keyakinan tidak ada maka keraguan akan muncul, dan kesalahan akan sering kali menghalangi. Keyakinan sangat penting dalam kehidupan seperti keyakinan dalam memeluk agama.
       Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap suatu premisi benar. Jika kita yakin dalam satu hal maka kepercayaan akan muncul, keyakinan dan kepercayaan sangan berdampingan dalam hidup. Contoh : pada saat kesulitan menghampiri maka sangat di perlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang di alami dapat di lewatkan.
       Kenyakinan dan kepercayaan sangat fital dalam hidup. Jadi tidak ada salahnya kita gunakan keyakinan kita dengan penuh percaya, mudah-mudahan bisa membantu dalm hidup.

F. Langkah-Langkah Berpandangan Hidup yang Baik
(1)   Mengenal
     Mengenal merupakan suatu kodrat bagi rnanusia yaitu rnerupakan  tahap pertarna dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam jal ini rnengenal apa itu pandangan  hidup. Tentunya kita yakin dan sadar bahwa sctiap manusia itu pasti rnernpunyai pandangan hidup, maka kita dapat memastikan bahwa pandangan hidup itu ada sejak rnanusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada sebelum manusia itu bel urn turun ke dunia. Adam dan hawalah dalam hal ini yang merupakan manusia pertama, dan berarti pula mereka rnernpunyai  pandangan hidup yang digunakan sebagai pedoman dan yang rnernberi petunjuk kepada mereka.
(2)  Mengerti
     Tahap kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah mengerti. Mengerti disini dimaksudkan   mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bernegara kita berpandangan  pada Pancasila, maka dalam berpandangan hidup pada Pancasila kita hendaknya mengerti apa Pancasila dan bagaimana  mengatur  kehidupan bernegara.  Begitu  juga  bagai yang  berpandangan hidup pada agama Islam. Hendaknya  kita mengerti apa itu Al-Qur’an, Hadits dan ijmak itu dan bagaimana ketiganya itu mengatur kehidupan  baik di dunia maupun di akherat Selain itu juga kita mengerti untuk apa dan dari mana Al Qur’an, hadits, dan ijmak itu. Sehingga dengan demikian  mempunyai  suatu konsep pengertian tentang pandangan  hidup dalam  Agama  Islam.
(3)  Menghayati
      Langkah  selanjutnya setelah mengerti pandangan hidup adalah menghayati pandangan hidup  itu. Dengan  menghayati pandangan hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai  kebenaran pandangan hidup itu sendiri.
(4)  Meyakini
      Setelah mengetahui kebenaran dan validitas, baik secara kemanusiaan, maupun  ditinjau dan  segi  kemasyarakatan maupun negara dan dari kehidupan di akherat, maka hendaknya kita meyakini  pandangan hidup yang telah kita hayati itu. Meyakini  ini merupakan  suatu hal untuk cenderung  memperoleh  suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya.
(5) Mengabdi
     Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka kita akan merasakan manfaatnya Sedangkan perwujudan manfaat mengabdi ini dapat dirasakan oleh pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu sendiri bisa terwujud di masa masih hidup dan atau sesudah meninggal yaitu di alam akhirat.

Sumber:

7. Manusia dan Keadilan

Nama: Farouq Fathurrahman
Kelas: 1PA13
NPM: 13513270

A. Pengertian Keadilan
          Keadilan adalah suatu pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Dengan kata lain, keadilan merupakan suatu keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari keayaan bersama.
          Berdasarkan kesadaran etis, kita tidak hanya menuntut hak dan lalai dalam melaksanakan kewajiban. Jika kita hanya menuntut hak, maka sikap kita akan mengarah pada memeras dan memperbudak orang lain. Sedangkan jika kita menjalankan kewajiban tanpa menuntut hak kita, maka kita akan mudah diperbudak atau diperas oleh orang lain.

B. Keadilan Sosial
          Seperti Pancasila yang bermaksud pada keadilan sosial adalah langkah yang menentukan untuk melaksanakan Indonesia yang adil dan makmur. Setiap manusia berhak untuk mendapatkan hak yang seadil-adilnya sesuai dengan kebijakannya masing-masing.
Untuk mewujudkan keadilan sosial itu, diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk, yaitu:
1. Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan
2. Sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
3. Sikap suka memberi pertolongan pada orang yang membutuhkan.
4. Sikap suka bekerja keras.
5. Sikap menghargai hasil orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.

C. Berbagai Macam Keadilan
1. Keadilan Legal atau Keadilan Moral
          Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (Than man behind the gun). Pendapat plato itu disebut keadilan moral, sedangkan Sunoto menyebutnya keadilan legal.

2. Keadilan Distributif
          Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama.

3. Keadilan Komutatif
          Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles, keadilan merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang berujung ekstrim menjadikan ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalisaudaraan dalam masyarakat.

D. Kejujuran
          Kejujuran adalah suatu perbuatan atau perkataan yang dilakukan sesuai dengan hati nurani dan kenyaataan yang sebenarnya. Jujur juga berarti bersih dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu kita dituntut "satu kata dan perbuatan", yang berarti apa yang dikatakan harus sama dengan apa yang dilakukan.Karena itu, jujur juga berarti menepati janji. Barang siapa berkata jujur serta bertindak sesuai kenyataan, maka orang tersebut berbuat benar. Maka dari itu, orang bodoh yang jujur lebih baik daripada orang pandai yang berbohong.
          Pada hakikatnya, kejujuran dilandasi kesadaran moral yang tinggi, kesadaran pengakuan akan adanya hak dan kewajiban yang sama, serta rasa takut terhadap kesalahan dan dosa.

E. Kecurangan
          Kecurangan identik dengan perbuatan yang tidak jujur. Kecurangan sendiri adalah sesuatu yang diinginkan dan dilakukan tidak sesuai dengan hati nuraninya. Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebih dengan tujuan agar dianggap sebagi orang yang hebat, terkaya dan acuh jika masyarakat disekitarnya hidup menderita.
          Dalam hidup, kita mempunyai semacam kesadaran dan dimana kita tahu bahwa ada perbuatan yang baik dan yang buruk, tergantung pada diri kita apakah kita menyadarinya.

F. Perhitungan (Hisab) dan Pembalasan
          Di Indonesia, terdapat suatu lembaga khusus untuk menangani kasus-kasus kejahatan, yaitu Polisi. Polisi tersebut akan menyelidiki dan mengungkap berbagai macam kasus kejahatan, dan akan selanjutnya diserahkan ke pengadilan untuk diproses sesuai Undang-Undang yang berlaku.
          Dalam Islam, dikenal istilah 'Yaumul Hisab', yaitu hari perhitungan segala amal dan perbuatan semasa hidup didunia. Manusia yang telah meninggal dunia akan dihisab (dihitung) seluruh amal baik dan buruknya. Jika amalan baik yang lebih banyak, akan dimasukkan ke surga. Tetapi jika amalan buruk yang lebih banyak, maka akan dimasukkan ke neraka. Di neraka lah segala perbuatan jahat di dunia akan dibalas sesuai dan setimpal seberapa banyak perbuatan jahat yang dilakukan saat di dunia.

G. Pemulihan Nama Baik
          Nama baik adalah nama yang tidak tercela, yang merupakan tujuan utama setiap manusia. Setiap orang akan menjaga dengan hati-hati agar namanya tidak tercoreng (tetap baik). Apalagi jika ia menjadi teladan bagi orang lain adalah suatu kebanggan batin yang takk ternilai harganya.
          Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan orang tersebut (mencakup cara berbicara, bergaul, sopan santun, dll).
          Pada hakikatnya, pemulihan nama baik merupakan suatu kesadaran manusia akan kesalahannya dan bahwa apa yang diperbuat tidak sesuai dengan ukuran moral dan akhlaq.

H. Pembalasan
          Pembalasan adalah berbuat sesuatu hal yang sama atas perbuatan yang dilakukan orang lain kepada orang tersebut. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan / perbuatan yang baik akan mendapat balasan yang baik pula. Sebaliknya, pergaulan / perbuatan yang tidak baik akan mendapat balasan yang tidak baik pula.

Sumber:
http://ilmubudayadasarardhi.blogspot.com/2012/11/manusia-dan-keadilan.html
http://ocw.gunadarma.ac.id/course/psychology/study-program-of-psychology-s1/ilmu-budaya-dasar/manusia-dan-keadilan
http://rputriarum.blogspot.com/2012/01/perhitungan-hisab-dan-pembalasan.html

Rabu, 13 November 2013

6. Manusia dan Penderitaan

Nama: Farouq Fathurrahman
Kelas: 1PA13
NPM: 13513270

A.   Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita yang berasal dari bahasa sansekerta, yaitu ‘dhra’ yang artinya menahan atau menaggung. Jadi derita adalah menahan atau menanggung sesuatu yang menyedihkan atau tidak menyenangkan di dalam hati. Penderitaan dapat muncul dari lahir (fisik) maupun dari batin. Sesuatu peristiwa yang dianggap sebagai penderitaan bagi seseorang, belum tentu merupakan sebuah penderitaan bagi orang lain. Dapat pula penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang atau sebagai langkah awal untuk mencapai suatu kebahagiaan.

B.    Siksaan
Siksaan dapat tertuju pada tubuh atau jasmani, tetapi dapat pula tertuju pada rohani seseorang. Siksaan merupakan salah satu yang dapat menyebabkan penderitaan. Siksaan yang bersifat psikis diantaranya adalah kebimbangan, kesepian, dan ketakutan. Sedangkan siksaan yang tertuju pada fisik, dapat dilihat dari kasus-kasus yang terdapat di media massa, seperti pemerkosaan, pencabulan, kekerasan, dan lain-lain. Siksaan yang tertuju pada fisik dapat mempengaruhi / mengganggu psikis korbannya.

C.   Kekalutan Mental
Secara sederhana, kekalutan mental dapat diartikan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan atau masalah yang harus diatasi sehingga orang yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar.
Gejala-gelaja permulaan seseorang mengalami kekalutan mental:
1. Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak nafas, demam, atau nyeri pada lambung
2.  Nampak pada kejiwaannya, yaitu merasakan cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, atau mudah marah.
Penyebab seseorang mengalami kekalutan mental, yaitu sebagai berikut:
1. Kepribadian yang lemah, akibat jasmani atau mental yang menurutnya kurang sempurna dari orang lain. Hal tersebut dapat menyebabkan seseorang itu merasa rendah diri yang berangsur-angsur akan menyudutkan dirinya dan menghancurkan psikisnya secara perlahan.
2. Terjadi konflik sosial-budaya, akibat norma yang berbeda antara orang itu dengan masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri dan akhirnya mengalami frustasi.
3. Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebih terhadap kehidupan sosialnya.

D.   Penderitaan dan Perjuangan
Penderitaan (masalah) bagi kehidupan manusia merupakan salah satu konsekuensi, yang berarti manusia pasti tidak hanya mendapatkan kebahagiaan, tetapi akan mengalami penderitaan. Tetapi, karena itulah manusia tidak boleh pesimis dalam menjalani hidup. Manusia harus optimis agar dapat mengatasi kesulitan atau masalah dalam hidupnya, caranya yaitu dengan berjuang menghadapi masalah-masalah kehidupan, dan tidak lupa dengan disertai do'a kepada Allah Subhanallahu wa ta'ala, agar dapat dipermudah dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dan penderitaannya.

E. Penderitaan, Media Massa, dan Seniman
Apa hubungannya penderitaan dengan media massa dan seniman?
Ya, dalam dunia modern sekarang ini kemungkinan terjadi penderitaan itu lebih besar. Kemajuan teknologi di dunia dapat menyebabkan suatu penderitaan atau bahkan membantu penderitaan dari diri seseorang atau kalangan orang. Kemajuan teknologi yang dapat menyebabkan suatu penderitaannya adalah penciptaan bom, rudal atau nuklir yang ditujukan untuk perang. Secara logika, daya ledak bom atau rudal mencakup wilayah yang besar, yang berarti orang-orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan perang tersebut akan terkena imbasnya, dan akhirnya pihak yang terkena imbas akan mengalami suatu penderitaan. Selain itu, media massa, baik itu cetak atau elektronik sering kali mengumbar hal-hal yang seharusnya menjadi privasi seseeorang justru disebar ke khalayak umum, hal itu akan menjadi suatu penderitaan pula bagi pihak yang dicemarkan.
Tetapi, media massa pun seringkali membantu mengatasi penderitaan orang lain, seperti dengan cara meliput kejadian-kejadian seperti korban bencana alam, atau pun perang dan akhirnya khalayak umum bersimpati lalu akan memberikan bantuan kepada para korban tersebut. Cara lain adalah dengan menjadikan kejadian tersebut sebagai film yang dimainkan para aktor dan aktris (seniman) yang dapat memberi pelajaran yang berharga bagi khalayak umum.

F. Penderitaan dan Sebab-Sebabnya
Pengelompokkan penderitaan berdasarkan penyebabnya dapat dirinci sebagai berikut.
1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan manusia
Hal ini dapat terjadi karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia maupun dengan alam sekitarnya. 
2. Penderitaan yang timbul karena penyakit, cobaan / ujian / teguran yang diberikan Allah
Penderitaan ini dapat diatasi dengan bersabar, bertawakkal, dan optimis. Telah disebutkan dalam Al Qur'an Surah Al Insyiraah (94) yang disebutkan 2 kali, yaitu pada ayat 5 dan 6. 
Allah berfirman:
¨bÎ*sù yìtB ÎŽô£ãèø9$# #·Žô£ç ÇÎÈ   ¨bÎ) yìtB ÎŽô£ãèø9$# #ZŽô£ç ÇÏÈ  

Artinya:
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."

Oleh karena itu kita sebagai manusia, harus yakin dan percaya bahwa kita dapat menghadapi kesulitan-kesulitan yang ada dalam kehidupan, karena Allah tidak akan menguji hambanya diluar kemampuannya.

G. Pengaruh Penderitaan
Orang yang mengalami penderitaan mungkin memperoleh pengaruh dan sikap yang bermacam-macam dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap postif, maupun sikap yang begatif. Contoh dari sikap negatif tersebut ialah merasa kecewa, sakit hati, atau berkata bahwa "nasi telah menjadi bubur". Tetapi ingatlah "bubur dapat disajikan dengan kerupuk, ayam, dll". Maksudnya adalah sesuatu yang terlanjur memang tidak dapat diubah seperti semula, tetapi hal itu dapat diperbaiki untuk menjadi sesuatu hal yang lebih baik lagi.

Sumber:
http://ilmubudayadasarardhi.blogspot.com/2012/11/manusia-dan-penderitaan.html
http://ocw.gunadarma.ac.id/course/psychology/study-program-of-psychology-s1/ilmu-budaya-dasar/manusia-dan-penderitaan