Rabu, 15 Juli 2015

Tugas Kesehatan Mental: Review Film "The Roommate"



Kelompok 9 :  
·       Denanda Woro Katrien 12513160
·       Farouq Fathurrahman   13513270
·       Ika Rahmawati              14513239          
·       Sendy Angelir C. J.       18513368

Kelas: 2PA12

I.                   SINOPSIS FILM THE ROOMATE

The Roomate menceritakan tentang seorang mahasiswi yang baru datang dari New York ke Los Angeles untuk mengikuti perkuliahan di ULA (University of Los Angeles) yaitu Sara dan bertemu dengan teman baru yang juga merupakan teman sekamar nya yaitu Rebecca.
Awal pertemuan antara Sara dan Rebecca berjalan normal layaknya pertemanan antara remaja puteri pada umumnya, namun seiring berjalannya waktu Sara merasakan ada ke anehan dalam diri Rebecca. Rebecca bersikap cenderung protektif terhadap diri Sara dan memiliki keceburuan yang hebat apabila Sara sedang bertemu dengan teman-temannya yang lain dan juga kekasih Sara sendiri.
Sara yang memiliki kenangan menyedihkan selepasnya meninggal nya sang kakak menceritakan pada Rebecca bahwa Sara memiliki kalung peninggalan dari sang kakak serta tato di bagian dada kiri bertuliskan “Emily” yang merupakan nama kakaknya sengaja Sara persembahkan untuk mengenang kakaknya.
Kejadian teror yang pertama kali Rebecca lakukan adalah menyiksa Tracy salah satu teman wanita yang dekat dengan Sara. Rebecca menyiksa Tracy di dalam sebuah kamar mandi dengan begitu sadis. Rebecca menganggap bahwa Tracy dapat memberikan dampak buruk bagi kehidupan Sara. Teror selanjutnya adalah Rebecca menyiksa dosen Sara yaitu Prof. Roberts, karena dosen tersebut telah melakukan pelecehan seksual dan mencium Sara di dalam ruangan pribadi nya. Semua itu Rebecca lakukan tanpa sepengetahuan Sara. Sikap Rebecca di tambah lebih aneh lagi dengan menggunakan kalung milik Sara yng merupakan peninggalan dari kakaknya tanpa seijin Sara.
Pada suatu ketika Sara memberikan anting miliknya untuk Rebecca dan berharap Rebecca akan memakainya. Hal yang Sara tidak ketahui bahwa bagian daun telinga Rebecca tertutup rapat tidak terdapat lubang tindikan yang berarti Rebecca tidak bisa memakai anting pemberian dari Sara. Namun ketika Sara sedang pergi keluar, Rebecca secara paksa menindik sendiri bagian daun telinga nya hingga penuh darah dengan tujuan agar dia bisa memiliki lubang tindikan dan bisa menggunakan anting yang Sara berikan padanya.
Pada perayaan Thanksgiving Sara berniat untuk menghabiskan waktu bersama Stephen kekasihnya dan menceritakan hal tersebut pada Rebecca. Rebecca yang mendengar cerita itu pun tidak mau bila Sara meninggalkannya di perayaan Thanksgiving. Rebecca kemudian membunuh kucing milki Sara dengan memasukannya ke dalam mesin laundry. Kemudian Rebecca membuat luka memar di sekujur tubuhnya, memukuli wajah nya hingga biru lebam, menggores kaki dan tangannya dengan pisau dan terakhir menggores perutnya sendiri hingga penuh luka. Setelah Sara pulang dari kuliah dia melihat Rebecca terbujur lemas dengan di penuhi luka sekujur tubuhnya, Rebecca mengarang cerita pada Sara mengatakan bahwa dirinya di perkosa dan di siksa oleh sekelompok pria saat sedang mencari kucing kesayangan milik Sara. Rebecca pun meminta pada Sara agar mau menemani nya di perayaan Thanksgiving bersama keluarganya karena kondisi nya yang sedang shock seperti ini.
Setiba nya di rumah keluarga Rebecca, Sarra heran karena kedua orang tua Rebecca terkesan takut pada anaknya di tambah lagi ketika Ibu Rebecca bertanya pada Sara apakah Rebeccamaish rutin meminum obat pribadinya. Namun belum sempat Sara bertanya lebih jelas lagi pada Ibu Rebecca, Rebecca muncul membuat Ibu Rebecca ketakutan. Saat sedang di kamar Rebecca, Sara menemukan sketsa wajah seorang wanita yang Rebecca gambar sendiri. Rebecca menjelaskan bahwa sketsa wajah tersebut adalah sahabat lamanya, Maria. Ketika Rebecca dan Sara sedang berjalan-jalan mereka bertemu dengan Maria, namun sikap aneh di tunjukkan Maria saat melihat kedatangan Rebecca. Maria ketakutan melihat Rebecca dan hendak menghindar, Maria juga mengatakan kepada Rebecca bahwa mereka bukanlah teman.
Kejanggalan pun terungkap setelah Sara menemukan obat merk Zyprexa di dalam laci milik Rebecca. Bersama Stephen, Sara menyelidiki kegunaan dari obat tersebut melalui internet dan terkejut mengethui obat itu di peruntukan untuk penderita bipolar dan skizofrenia yang merupakan gangguan jiwa. Sara terkejut dan ingin tidak banyak berurusan lagi dengan Rebecca. Hal yang membuat Sara semakin jengkel adalah Rebecca membuat tato di bagian dada kiri nya dengan tulisan yang sama persis seperti tato yang di miliki Sara untuk mengenang kakak nya. Rebecca berharap agar Sara dapat menganggap nya sebagai saudari nya sendiri, namun hal itu di tolak oleh Sara. Semakin lama Sara berusaha menghindar dari Rebecca dan berencana untuk tinggal di rumah milik sahabat lamanya yaitu Irene, mengethaui hal tersebut Rebecca pun menyandera dan menyiksa Irene di rumah nya. Sara pun mengkhawatirkan keadaan Irene karena tidak bisa di hubungi beberapa waktu ini, kemudian Sara menerima SMS dari Irene yang sebenarnya di ketik oleh Rebecca. Sara pun mendatangi rumah Irene, dan meneukan Irene yang di ikat pad atempat tidu. Perkelahian antara Rebecca dnegan Sara dan Stephen pun tak bisa terelakkan. Karena menyadari Rebecca tidak akan bisa lepas darinya, akhirnya Sara menusuk kan cutter pada pinggang Rebecca.
II.                TEORI KESEHATAN MENTAL
Dalam Film The Roommate, pusat perhatian kami adalah terhadap peran Rebecca yang cenderung protektif, impulsif dan sadis di tambah dengan beberapa ciri penjabaran mengenai syndrome yang ada pada perilaku Rebecca mirip dan cocok dengan beberapa gangguan kejiwaan seperti yang di jelaskan di bawah ini.

PSIKOPAT

Eysenck menyatakan bahwa seorang psikopat merupakan contoh individu yang mengalami gangguan tipe  kedua yaitu gangguan yang disebabkan tidak adanya respon terkondisi ke arah pemerolehan kebiasaan - kebiasaan yang diinginkan masyarakat dan mungkin sekali terjadi pada indibidu individu yang ekstravert yang kondisionabilitasnya rendah.

Sumber : Psikologi Kepribadian 3 TEORI-TEORI SIFAT DAN BEHAVIORISTIK

 By Calvin S. Hall & Gardner Lindzey

psikopat atau psikopati di sebut juga sosiopatik karna dari perbuatannya masyarakat merasa menderita dan di rugikan. Penderita psikopat umumnya tidak menyadari kalo mereka mengalami gangguan atau kelainan. Penderita pskopat juga seolah – olah tidak memiliki hati nurani dan suka berbuat seenaknya tanpa mempedulikan orang lain.

·         Psikopat adalah kelainan perilaku, khususnya berbentuk perilku yang anti sosial, yaitu tdak memperdulikan norma – norma sosial (sarwono, sarlito wirawan, 2000).   

·         Psikopat di pakai untuk menggambarkan manifestasi psikopatologis di dalam perilaku dan perbuatan individu, berdasarkan ketidakmampuannya utuk menghayati nilai – nilai antar pribadi, sosial dan moral ( Gunarsa S.S, 1985)
Sumber : Psikologi By Untuk Keperawatan
Robert Hare mengemukakakan delapan gejala penderita psikopat :
1.      Memiliki keahlian utuk menjadi pusat perhatian
2.      Egosentrik dan megalomania, menganggap dirinya paling hebat dan dapat menguasai orang lain
3.      Hidup sebagai parasit, menggunakan orang lain untuk mewujudkan tujuannya
4.      Manipulatif dan curang, mudah sekali berbohong tanpaz merasa bersalah sekalipun kebohonganya itu di ketahui orang
5.      Tidak merasa bersalah dan menyesal
6.      Tidak berempati
7.      Tidak bertanggung jawab
8.      Impulsif

Sumber : Brain Management for Self Improvement

 By dr. H. Taufiq Pasiak, M.Pd.I., M.Kes.


BIPOLAR
Bipolar adalah gangguan suasana hati yang menyebabkan depresi dan mania (euforia yang berlebihan )
Kretschmer mengelompokkan bentuk tubuh manusia dengan 4 tipe dan menghubungkan ciri - ciri kepribadiannya, yaitu
1.      Piknik
2.      Leptosom
3.      Atletik
4.       Displatik
Dari keempat tipe tubuh tersebut tipe piknik adalah tipe yang cenderung menderita sakit mental yaitu gangguan bipolar sedangkan pasien skizofrein lebih banyak di derita oleh orang yang bertubuh leptosom, atletik dan displatis

Sumber : Kesehatan Mental 1

 By Drs.Yustinus Semiun, OFM


Emil Kraepelin membagi gangguan psikosis menjadi dua yaitu : skizofrenia dan psikofisis manik – depresif atau bipolar. Kraepelin berpendapat bahwa skizofrenia di sebabkan karena ketidakseimbangan biokimiawi, sedangkan manik depresif di sebabkan karena abnormalitas dalam metabolisme tubuh. 
Ada empat jenis mood episode dalam Bipolar Disorder: mania, hypomania, depresi, dan episode campuran.
a.Tanda dan Gejala Mania
Gejala-gejala dari tahap mania bipolar disorder adalah sebagai berikut:
  1. Gembira berlebihan
  2. Mudah tersinggung sehingga mudah marah
  3. Merasa dirinya sangat penting
  4. Merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain
  5. Penuh ide dan semangat baru
  6. Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya
  7. Seperti mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengar
  8. Nafsu seksual meningkat
  9. Menyusun rencana yang tidak masuk akal
  10. Sangat aktif dan bergerak sangat cepat
  11. Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan
  12. Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung membahayakan
  13. Merasa sangat mengenal orang lain
  14. Mudah melempar kritik terhadap orang lain
  15. Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari
  16. Sulit tidur
b.Tanda dan Gejala Hypomania
             Orang-orang dalam keadaan hypomanic merasa gembira, energik, dan produktif, tetapi mereka mampu meneruskan kehidupan mereka sehari-hari dan mereka tidak pernah kehilangan kontak dengan realitas. Untuk yang lain, mungkin tampak seolah-olah orang dengan hypomania hanyalah dalam suasana hati yang luar biasa baik. Namun, hypomania dapat menghasilkan keputusan yang buruk yang membahayakan hubungan, karier, dan reputasi. Tahap hipomania mirip dengan mania. Perbedaannya adalah penderita yang berada pada tahap ini merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal serta tidak mengalami halusinasi dan delusi. Hipomania sulit untuk didiagnosis karena terlihat seperti kebahagiaan biasa.
Gejala-gejala dari tahap hipomania bipolar disorder adalah sebagai berikut:
1. Bersemangat dan penuh energi, muncul kreativitas.
2. Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah.
3. Penurunan kebutuhan untuk tidur.
c. Tanda dan Gejala Depresi Bipolar
Gejala-gejala dari tahap depresi bipolar disorder adalah sebagai berikut:
  1. Suasana hati yang murung dan perasaan sedih yang berkepanjangan
  2. Sering menangis atau ingin menangis tanpa alasan yang jelas
  3. Kehilangan minat untuk melakukan sesuatu
  4. Tidak mampu merasakan kegembiraan
  5. Mudah letih, tak bergairah, tak bertenaga
  6. Sulit konsentrasi
  7. Merasa tak berguna dan putus asa
  8. Merasa bersalah dan berdosa
  9. Rendah diri dan kurang percaya diri
  10. Beranggapan masa depan suram dan pesimistis
  11. Berpikir untuk bunuh diri
  12. Hilang nafsu makan atau makan berlebihan
  13. Menghindari komunikasi dengan orang lain
d. Tanda dan Gejala Episode Campuran

Tanda-tanda umum episode campuran termasuk depresi dikombinasikan dengan agitasi, iritabilitas, kegelisahan, insomnia, distractibility, dan pikiran berlomba (Flight of idea). Kombinasi energi tinggi dan rendah membuat suasana hati (mood) penderita beresiko yang sangat tinggi untuk bunuh diri.
Dalam konteks bipolar disorder, episode campuran (mixed state) adalah suatu kondisi dimana tahap mania dan depresi terjadi bersamaan. Pada saat tertentu, penderita mungkin bisa merasakan energi yang berlebihan, tidak bisa tidur, muncul ide-ide yang berlal-lalang di kepala, agresif, dan panik (mania). Akan tetapi, beberapa jam kemudian, keadaan itu berubah menjadi sebaliknya. Penderita merasa kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi bergantian dan berulang-ulang dalam waktu yang relatif cepat. Pada episode ini, penderita paling banyak memiliki keinginan untuk bunuh diri karena kelelahan, putus asa, delusion, dan hallucination.
Gejala-gejala yang diperlihatkan jika penderita akan melakukan bunuh diri antara lain sebagai berikut.
1.      Selalu berbicara tentang kematian dan keinginan untuk mati kepada orang-orang di
sekitarnya.
2. Memiliki pandangan pribadi tentang kematian.
3. Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol.
SCHIZOFRENIA
Schizophrenia merupakan gangguan mental kronis yang dapat melemahkan penderitanya. Penyakit ini menimbulkan gangguan pikiran dan persepsi pada dunia nyata. Biasanya, schizophrenia dialami oleh remaja pria pada awal 20-an, namun wanita juga dapat rentan menderita schizophrenia saat berusia akhir 20an atau awal 30an.

Istilah schizophrenia berasal dari bahasa Yunani yaitu skhizein (“membagi”) dan phrÄ“n (“pikiran”). Meski begitu, schizophrenia bukan berarti penyakit dengan pikiran atau kepribadian yang terbagi. Penyakit tersebut memiliki nama lain yaitu penyakit kepribadian ganda atau “multiple personality disorder”. Schizophrenia merupakan nama yang diberikan untuk penyakit perilaku sosial yang tidak normal dan ketidakmampuan mengenali mana yang nyata dan mana yang ilusi.
Skizofrenia menjelaskan mengenai suatu gangguan jiwa dimana penderita mengalami perpecahan jiwa adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan, Kraepelin seorang ahli kedokteran jiwa dari kota Munich memaparkan skizofrenia sebagai bentuk kemunduran intelegensi sebelum waktunya yang dinamakannya demensia prekox (demensia : kemunduran intelegensi) prekox (muda, sebelum waktunya).
Penderita schizophrenia biasanya dirawat dengan memberikan obat antipsikotik. Obat ini digunakan untuk menekan aktivitas dari penerima hormon dopamin. Bimbingan, pelatihan, dan rehabilitasi juga merupakan tindakan yang penting dalam perawatan schizophrenia. Dalam kasus yang lebih serius, penderita dapat menjalani rawat inap untuk meminimalisir resiko.
Ada banyak perkiraan sebagai penyebab terjadinya skizofrenia, baik yang berasal dari badaniah (somatogenik) maupun psikologis (psikogenik). Perkiraan penyebab skizofrenia yang berasal dari segi fisik yang pertama adalah berasal dari faktor genetik atau faktor keturunan, hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga penderita skizofrenia. Potensi untuk mendapatkan skizofrenia tidak langsung diturunkan melalui gen resesif, potensi ini mungkin kuat tapi mungkin lemah sebab selanjutnya juga akan tergantung pada lingkungan individu apakah akan menjadi skizofrenia atau tidak. Sama seperti penderita diabetes mellitus walaupun ia adalah resesif diabetes namun jika ia dapat menjaga pola hidup yang sehat maka ia tidak akan menderita diabetes. Selanjutnya adalah kelainan susunan syaraf pusat, yang terletak pada diensefalon atau kortex otak, kelainan tersebut mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem.
Ada beberapa ahli yang menjelaskan mengenai teori psikogenik yang pertama adalah teori Adolf Meyer, menurut meyer skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, oleh karena itu timbul suatu disorganisasi kepribadian dan lama-kelamaan orang itu menjauhkan diri dari kenyataan (otisme). Kemudian teori Sigmund Freud, menurut Freud dalam skizofrenia terdapat kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik maupun somatik, superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme.
Gejala-gejala skizofrenia dibagi menjadi dua yaitu gejala primer dan gejala sekunder, gejala primer diantaranya gangguan proses pikiran (bentuk,langkah dan isi pikiran), gangguan afek dan emosi, gangguan kemauan, banyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat mengambil keputusan dan tidak dapat mengambil tindakan dalam suatu keputusan. Dan yang terakhir adalah gejala psikomotor juga dinamakan gejala katatonik atau gangguan perbuatan. Kemudian gejala sekunder yang terdiri dari waham, waham yang diderita penderita skizofrenik sering tida logis dan bizar. Tetapi penderita tidak memahami hal tersebut dan menganggap bahwa wahamnya merupakan fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun. Gejala sekunder yang kedua adalah halusinasi, pada skizofrenia halusinasi timbul tanpa ada penurunan kesadaran dan hal ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain. Paling sering pada skizofrenia adalah halusinasi pendengaran, halusinasi penciuman, halausinasi citarasa atau halusinasi taktil (singgungan).
Kraepelin membagi skizofrenia mejadi beberapa jenis:
1. Skizofrenia kompleks, gejala utama pada jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
2. Jenis bebefrenik, gejala yang menonjol adalah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personality.
3. Jenis katatonik, biasanya akut dan didahului oleh stress emosional, dapat terjadi stupor katatonik (penderita tidak menampakkan sama sekali ketertarikannya terhadap lingkungannya) dan gaduh gelisah katatonik ( terdapat hiperaktifitas motorik, tetapi tidak disertai emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi rangsangan dari luar).
4. Jenis paranoid, gejala-gejala yang menyolok adalah waham primer disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi.
5. Episoda skizofrenia akut, gejala skizofrenia muncul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Dalam keadaan ini seakan-akan dunia luar dan dirinya sendiri berkabut.
6. Skizofrenia residual gejala yang menyolok adalah gangguan afek dan emosi, gangguan pikiran dan kemauan.
7. Jenis skizo-afektif disamping gejala skizofrenia menonjol pada saat bersamaan juga gejala depresi atau gejala mania.
Jenis- jenis pengobatan pada skizofrenia:
1. Farmakologi, pemberian neroleptika dosis rendah untuk skizofrenia menahun sedangkan dosis yang lebih tinggi diberikan pada penderita dengan psikomotorik yang meningkat.
2. Terapi elektro-konvulsi (TEK) terapi konvulsi dapat memperpendek serangan skizofrenia dan mempermudah kontak dengan penderita.
3. Terapi koma insulin, bila diberikan pada permulaan penyakit, maka akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
4. Psikoterapi dan rehabilitasi, psikoterapi yang dilakukan berbentuk suportif individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat.
5. Lobotomi prefrontal, dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan bila penderita sangat mengganggu lingkungannya.

Pengobatan pada skizofrenia tidak dapat sempurna sembuh tetapi dengan pengobatan dan bimbingan yang baik penderita dapat ditolong untuk berfungsi terus, bekerja sederhna dirumah ataupun diluar rumah. Keluarga atau orang lain dilingkungan penderita diberi penerangan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.

Gejala dan Diagnosis Schizophrenia
Gejala schizophrenia biasanya dimulai dengan mengalami halusinasi seperti mendengar suara aneh. Mereka juga mengalami delusi serta memiliki pikiran dan ucapan yang semrawut. Pada kasus tertentu, penderita schizophrenia akan menjadi tidak tertarik berinteraksi dengan lingkungan sekitar, tidak menjaga kerapihan dan kebersihan diri, serta kehilangan motivasi.

Penderita schizophrenia tertentu akan mengalami kesulitan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari, mengakses memori jangka panjang, mengatur fokus perhatian, dan memproses informasi dengan cepat. Sekitar 30% – 50% penderita penderita schizophrenia kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa mereka menderita penyakit tersebut dan tidak mau menerima perawatan.

Biasanya, kerentanan menderita schizophrenia mengalami puncak pada akhir masa remaja dan awal masa dewasa. Sekitar 40% pria dan 23% wanita yang didiagnosis schizophrenia mengalami gejala penyakit ini saat berusia sebelum 19 tahun. Perkembangan kondisi schizophrenia biasanya bersifat sementara atau terbatas. Beberapa kondisi tersebut bersifat prodromal dan biasanya berupa sikap anti sosial, mudah marah, ketidakpuasan terhadap kondisi sekitar, dan mudah canggung.

Diagnosis penyakit Schizophrenia dapat ditentukan berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi ke 5 (DSM-V), atau International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD-10). Terdapat lima karakteristik gejala dari schizophrenia yaitu delusi, halusinasi secara terus-menerus, ucapan membingungkan, sangat berantakan, dan penurunan fungsi sosial seperti penurunan ekspresi emosional atau tidak mau berinteraksi dengan lainnya. Menurut diagnosis ICD-10, gangguan schizophrenia dapat bersifat kontinu atau episodik dimana delusi yang dialami akan hilang sepenuhnya atau tersisa sebagian dalam beberapa saat.

Seorang akan tergolong menderita schizophrenia jika mengalami minimal dua gejala klasik yang dijelaskan diatas secara signifikan dalam periode 1 bulan. Diagnosis menggunakan ICD-10 sedikit berbeda dengan DSM-V dimana ICD tidak melibatkan disfungsi sosial dan kinerja. Selain itu, ICD juga tidak mengidentifikasi apakah gejala tersebut telah berlangsung selama 6 bulan.

Pengujian awal dari schizophrenia dapat dilakukan dengan pengujian darah dan MRI atau CT scan. Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui trauma fisik dan berbagai gangguan mental lainnya yang bisa saja terjadi di masa lalu. Selain itu, rekam jejak penderita gejala schizophrenia terhadap konsumsi alkohol atau berbagai zat psikoaktif lainnya juga mesti dilakukan untuk memastikan seberapa besar pengaruh zat tersebut dalam menimbulkan gejala schizophrenia.

Perawatan, Pengobatan, dan Pencegahan Schizophrenia
Perawatan schizophrenia biasanya dilakukan menggunakan obat antipsiotik untuk meredakan berbagai gejala psikotik, atau kegilaan. Obat ini mesti dikonsumsi pada setiap fase schizophrenia yaitu fase akut, penstabilan, stabil, dan penyembuhan.

Dua jenis obat antipsikotik yang biasanya menjadi resep adalah olanzapine (nama pasaran Zyprexa) dan risperidone (nama pasaran Risperdal). Belum diketahui mana dari kedua jenis obat ini yang lebih baik. Saat schizophrenia telah kronis, penderita harus menjalani terapi jangka panjang dan memilih untuk menggunakan antara obat psikotik dan antipsikotik. Obat antipsikotik biasanya memiliki resiko efek samping yang lebih rendah, namun dengan harga yang lebih mahal.

Pengobatan schizophrenia membutuhkan kerjasama dengan penderita dalam menentukan pilihan pengobatan, apakah itu menggunakan obat secara oral atau obat suntik. Selain itu, dokter biasanya membutuhkan beberapa kali uji coba hingga menemukan kombinasi obat yang tepat. Penderita harus bersabar dan bersedia bekerja sama untuk membantu kelancaran pengobatan. Selain itu, pasien juga sebaiknya mengambil pengobatan terapi kognitif-behavioral.

Karena dampak schizophrenia tidak hanya dirasakan penderita, penting bagi keluarga dan orang terdekat untuk memberi dukungan saat berinteraksi dengan penderita schizophrenia. Keluarga juga sebaiknya mempertimbangkan untuk mengambil terapi menangani penderita untuk mengenali dan mengurangi jenis interaksi yang dapat memicu kambuhnya gejala schizophrenia. Selain memberi dukungan, keluarga juga sebaiknya menjaga kondusivitas lingkungan rumah dan kerja untuk menurunkan resiko yang tidak diinginkan.

Hingga saat ini, pengobatan yang pasti untuk penyakit schizophrenia belum ditemukan. Penyakit ini juga sulit dicegah karena tidak ada tanda yang jelas bagaimana penyakit ini berkembang. Sejauh ini, baru ada bukti sementara terkait efektivitas dari upaya awal pencegahan penyakit schizophrenia. Dari upaya yang sejauh ini dilakukan, pencegahan awal dapat memberi hasil positif dalam jangka pendek, namun tidak begitu berpengaruh setelah lewat dari 5 tahun.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, terapi kognitif-behavioral sebaiknya dilakukan oleh penderita schizophrenia dapat menurunkan resiko kegilaan. Bagi yang belum terdiagnosis schizophrenia, sebaiknya hindari penggunaan narkoba yang tergolong cannabis (genus dari ganja), kokain, dan amfetamin. Jenis narkoba ini ternyata terkait dengan perkembangan penyakit schizophrenia.

NB: Jika ada yang ingin mendownload atau menonton film ini secara langsung, silahkan klik link berikut: The Roommate (2011)

Mohon kritik dan saran nya di kolom komentar ya ^^ Terima kasih