Minggu, 05 Juni 2016

Tugas 3. Rational Emotive Therapy (RET), Terapi Perilaku dan Terapi Kelompok



A.    Rational Emotive Therapy (RET)
1.      Konsep Dasar RET
Tokoh utama dari Relative Emotional Therapy  adalah Albert Ellis. RET dibangun berdasarkan filosofi bahwa “apa yang menganggu jiwa manusia bukanlah peristiwa-peristiwa, tetapi bagaimana manusia itu mereaksi atau berprasangka terhadap peristiwa-peristiwa tersebut.” Terkait dengan peristiwa, hal yang menjadi fokus RET adalah memusatkan peristiwa yang terjadi saat ini dan bagaimana reaksi terhadap peristiwa tersebut. RET tidak memusatkan perhatian pada peristiwa-peristiwa masa lalu di mana hal ini sejalan dengan ketidakpuasan Albert terhadap teori psikoanalisa.
Teori RET ini memiliki asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan memiliki potensi rasional dan irasional di dalam dirinya. Albert Ellis menyatakan bahwa secara alamiah manusia adalah irasional, mengalahkan dirinya sendiri, sehingga perlu pemikiran dengan cara-cara lain. Seseorang berperilaku tertentu karena ia percaya harus bertindak dalam cara itu. Sedangkan gangguan emosional terletak pada keyakinan irasional. Dengan kata lain keyakinan irrasional lah yang menyebabkan gangguan emosional. RET juga sering disebut sebagai pendekatan konseling A-B-C-D-E. Dalam teori tersebut dinyatakan bahwa manusia membentuk emosi dan perilakunya berdasarkan pikiran  dan filsafat yang ditemukannya sendiri yang dibentuk oleh lingkungan sosialnnya.

2.      Tujuan RET
Menurut Thomson dan Rudolf (1983) tujuan dari terapi RET antara lain:
- Mengajarkan untuk berpikir secara personal lebih puas dalam cara-cara merealisasikan pilihan-pilihan antara kebencian diri dan perilaku negatif
- Meningkat kepada perilaku positif dan efisien

Tujuan utama terapi tersebut antara lain:
-Membantu klien memahami kepercayaan irasionalnya
-Merubah pemikiran yang lebih positif dan rasional
-Membantu anak menjadi evaluator atas dirinya sendiri

3.      Teknik – Teknik RET
a.       Teknik-Teknik Kognitif, adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien, yang meliputi :
- Pengajaran : menunjukkan betapa tidak logisnya cara berpikir klien sehingga menimbulkan gangguan emosi dan mengajarkan caraa-cara berpikir yang lebih positif dan rasional.
- Persuasif : melalui berbagai argumentasi untuk mengubah pandangan yang keliru
- Konfrontasi : menyerang ketidakrasionalan berpikir klien dan membawanya ke arah berfikir yang lebih rasional.
- Pemberian tugas : memberi tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata.
b.      Teknik-Teknik emotif, adalah teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Dalam teknik ini klien harus diterima tanpa syarat. Termasuk teknik ini diantaranya adalah sosiodrama, role playing, modeling, ataupun self modeling, latihan asertif, humor, dan latihan melawan rasa malu.
c.       Teknik-Teknik Perilaku, digunakan untuk mengubah tingkah laku klien yang tidak diinginkan. Termasuk teknik adalah melalui penerapan prinsip penguatan (reinforcement), teknik pemodelan sosial (social modelling), serta relaksasi.

B.     Terapi Perilaku (Behavior Therapy)
1.      Konsep Dasar Terapi Perilaku
Teori terapi behavioral  berasal dari konsepsi yang dikembangkan oleh hasil-hasil penelitian psikologi eksperimental. Terutama dari Pavlov dengan classical conditioning-nya dan B.F Skinner dengan operant conditioning-nya yang menurut mereka berguna untuk pemecahan masalah-masalah tingkah laku abnormal dari yang sederhana. Berbeda dengan teori psikoanalisa yang menekankan pentingnya perilaku klien dalam kaitannya dengan pengalaman hidup masa lampau, dalam teori behavioral lebih menekankan kepada perilaku klien di sini dan saat ini. Artinya, bahwa perilaku individu yang terjadi saat ini dipengaruhi oleh suasana lingkungan pada saat ini.
Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar,sehingga dapat diubah dengan memanipulasi kondisi-kondisi belajar. Dengan demikian, teori behavioral pada hakekatnya merupakanaplikasi prinsip-prinsip dan teknik belajar secara sistematis dalam usaha menyembuhkan tingkah laku yang diperoleh melalui hasil belajar yang kelirudan karenanya harus dirubah melalui proses belajar,sehingga dapat lebih sesuai.

2.      Tujuan Terapi Perilaku
Tujuan utama terapi behavioral adalah menghilangkan tingkah laku yang maladaptif dan menggantikannya dengan tingkah laku baru yang lebih sesuai, seperti menghapus pola perilku maladaptif anak dan membantu mempelajari pola-pola tingkah laku yang lebih konstruktif, mengubah tingkah laku maladaptif anak, serta menciptakan kondisi baru yang memungkinkan terjadinya proses belajar ulang.

3.      Teknik – Teknik Terapi Perilaku
Krumboltz mengemukakan bahwa terdapat empat metode dalam konseling behavioral, yaitu:
-          Operant Learning : Metode dimana penguatan yang dapat menghasilkan perilaku yang diharapkan, serta pemanfaatan situasi di luar klien yang dapat memperkuat perilaku klien yang dikehendaki.
-          Unitative Learning atau Social Modelling : Metode dimana terapis perlu merancang perilaku adaptif yang dapat dijadikan model bagi klien, dapat melalui rekaman, pengajaran terprogram, video, fil, atau biografi orang.
-          Cognitive Learning : Metode yang banyak menekankan pentingnya aspek perubahan kognitif klien.
-          Emotional Learning : Metode ini digunakan untuk individu yang mengalami kecemasan melalui penciptaan situasi rileks. 
Sedangkan teknik yang biasa digunakan dalam keempat pendekatan atau metode diatas, antara lain:
-          Disentisisasi sistemats, yaitu cara yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperbuat secara negatif dengan menyertakan pemunculan tingkah laku yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan.
-          Latihan asertif, yaitu latihan mempertahankan diri akibat perlakuan orang lain yang menimbulkan kecemasan, dengan cara mempertahankan hak dan harga dirinya. Latihan ini tepat untuk anak-anak yang sulit berkata “tidak” tidak dapat menyatakan kemarahannya, atau merasa tidak punya hak untuk menyatakan pikiran dan perasaannya.
-          Terapi aversi, digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk atau menghukum perilaku negatif dan memperkuat perilaku positif dengan meningkatkan kepekaan klien agar mengganti respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut bersamaan dengan stimulus yang merugikan dirinya.
-          Penghentian pikiran, efektif digunakan untuk klien yang sangat cemas.
-          Kontrol diri, untuk meningkatkan perhatian pada anak tugas-tugas tertentu melalui prosedur self assessment, mencatat diri sendiri, menentukan tindakan diri sendiri, dan menyusun dorongan diri sendiri.
-          Pekerjaan rumah, yaitu dengan memberikan tugas atau pekerjaan rumah yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan situasi tertentu.

C.     Terapi Kelompok (Group Therapy)
1.      Konsep Dasar Terapi Kelompok
Terapi Kelompok adalah terapi yang melibatkan satu kelompok dari pertemuan yang telah direncanakan oleh terapis untuk memfokuskan pada kesadaran dan pengertian diri sendiri, memperbaiki hubungan interpersonal, serta perubahan tingkah laku.  Terapi ini diperkenalkan sebagai cara untuk memahami hubungan antara proses kelompok dan pembelajaran indivudual.

2.      Tujuan Terapi Kelompok
Tujuan terapi kelompok, antara lain individualisasi, untuk mengembangkan rasa memiliki, mengembangkan kemampuan dasar untuk berpartisipasi, untuk meningkatkan kemampuan untuk memnerikan kontribusi pada keputusan melalui pemikiran rasional dan penjelasan kelompok, meningkatkan kemampuan respek terhadap keberbedaan orang lain serta untuk mengembangkan iklim sosial yang hangat dan penuh penerimaan.

3.      Teknik – Teknik Terapi Kelompok
a.      Psikodrama: variasi terapi kelompok dimana pasien didorong untuk memainkan suatu peran emosional di depan para penonton tanpa dia sendiri dilatih sebelumnya, dengan tujuan membantu seorang pasien atau sekelompok pasien untuk mengatasi masalah-masalah pribadi dengan menggunakan permainan peran, drama, atau terapi tindakan, dengan mengungkapkan perasaan-perasaan tentang konflik, kemarahan, agresi, pperasaan bersalah, dan kesedihan.
b.      Role Playing: variasi dari psikodrama yang tidak menggunakan alat-alat sandiwara (drama) dan banyak digunakan untuk mendorong pasien berbicara dan mengembangkan persepsi-persepsi baru dalam berbagai situasi kelompok, seperti ruang kelas, program-program hubungan manusia dalam bidang usaha dan industri dan dalam pertemuan-pertemuan latihan (training)
c.    Encounter Groups: bertujuan untuk membantu mengembangkan kesadaran diri dengan berfokus pada cara bagaimana anggota kelompok berhubungan satu sama lain dalam suatu situasi dimana didorong untuk mengungkapkan perasaan-perasaan secara terus terang. Teknik ini tidak berlaku bagi orang yang mengalami masalah-masalah psikologis yang berat, tetapi hanya ditujukan kepada orang yang menyesuaikan diri dengan baik, berusaha memajukan pertumbuhan pribadi, meningkatkan kesadaran mengenai kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan mereka sendiri serta cara-cara mereka berhubungan dengan orang lain. Encounter groups berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini melalui pertemuan-pertemuan yang intensif atau konfrontasi-konfrontasi langsung dengan orang-orang yang baru.
d.      Behavioral Techniques: Banyak teknik behavior seperti modeling, pelatihan keterampilan, memecahkan masalah dan relaksasi juga digunakan dalam terapi kelompok. Misalnya, dalam kelompok pelatihan asertif, peserta dijelaskan situasi di mana mereka ingin menjadi lebih tegas. Peserta akan mendapatkan ide-ide untuk bagaimana menangani situasi. Situasi dapat dilatih berulang-ulang sampai peserta merasa puas dengan kemampuannya untuk berperilaku asertif.
e.  Dance and Art Therapy: untuk mendorong kesadaran tubuh, gerakan kreatif, dan interpersonal empati. Anggota dikelompokkan secara berpasang-pasangan. Satu orang mengambil peran sebagai pemimpin, dan pengikutnya mencoba untuk menjadi bayangan cermin dari pemimpin, mengikuti gerakan pemimpin semirip mungkin. Selain itu terdapat teknik mematung, yaitu teknik terapi seni di mana peserta diminta untuk mematung. Teknik mematung ini merupakan representasi dari diri mereka sendiri, keluarga mereka, dunia mereka, masalah mereka, dan kemudian menceritakan hasil dengan anggota kelompok lainnya.
Sumber:
Brammer, L. M. (1994). Therapeutic psychology fndamentals of counseling and psychotherapy 5th ed. New Jersey: Prentice Hall.
Gunarsa, Singgih. (2012). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: BPK
Mashudi, F. (2013). Psikologi konseling. Yogyakarta: IRCiSoD.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius.
Sunardi. P  & Assjari, M. (2008). Teori konseling. Bandung: PLB FIP UPI.
http://konseling.umm.ac.id/page/id-file_home_2917-13.pdf

0 komentar:

Posting Komentar