Senin, 30 Juni 2014

Cerita Pendek - Akibat Kejahilan

Nama: Farouq Fathurrahman
Kelas: 1PA13
NPM: 13513270


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
          Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin.. Atas Rahmat dan karunia Allah Subhanahu wa ta’ala, saya telah dapat menyelesaikan tugas akhir mata kuliah softskill: Matematika & Ilmu Alamiah Dasar dengan membuat cerita pendek buatan saya sendiriyang berjudul “Akibat Kejahilan”. Saya membuat cerita ini karena saya ingin mengingatkan kepada seluruh pembaca agar tidak menjahili dan menakut-nakuti orang lain agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dan saya berharap agar tidak ada lagi orang yang menjahili temannya hanya untuk kesenangannya sendiri. Sekian dari saya, mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan. Silahkan membaca.
Wa billahi taufiq wal hidayah, wa ridha wal inayah
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh





Akibat Kejahilan

Di salah satu SMA di Bekasi, ada siswa yang selalu mengerjai siswa-siswa yang lain dengan teror hantu di sekolah, tidak lain dan tidak bukan, anak tersebut bernama Dika. Dika hanya mempunyai satu teman di sekolahnya, yaitu Burhan. Burhan mengetahui bahwa Dika lah yang menyebar teror hantu di sekolahnya, tetapi dia hanya diam karena dia tidak tega Dika yang merupakan teman SMP nya sampai ketahuan. Burhan hanya sesekali memperingatkan Dika untuk berhenti menyebar teror itu walaupun pada akhirnya tidak didengar oleh Dika.
           Pada suatu pagi, Dika berencana untuk mengerjai seorang siswi yang bernama Ziah dengan mengajak Burhan.
            “Apa? Kau ingin mengajakku menakut-nakuti Ziah? Sudah berulang kali aku katakan, berhenti menakut-nakuti seisi sekolah, apalagi Ziah. Kau tahu kan Ziah itu penakut? Lagipula Ziah itu kan..” Burhan tiba-tiba diam.
            “Kenapa memangnya? Kau suka ya sama Ziah? Haha. Sudahlah, ikut saja. Aku tahu kau tidak tega dengannya. Tenang saja, tidak akan terjadi apa-apa.”, santai Dika.
            “Eh? Tidak.. Awas saja kalau Ziah sampai kenapa-napa..”, jawab Burhan khawatir.
            “Kenapa kau jadi penakut seperti ini sih? Ah aku cuma ingin melihat ekspresinya saat pujaan hatimu teriak ketakutan kok haha”, kata Dika.
            “Penakut? Siapa juga yang penakut? Pujaan hati? Apaan sih..? Iya aku ikut, tapi awas saja kalau kenapa-napa dengan Ziah..” jawab Burhan dengan penuh khawatir.
            Lalu mereka pun berbisik tentang rencana mereka. Mereka ingin menakuti Ziah saat piket sore dengan berpura-pura menjadi psikopat pembunuh yang memegang pisau.
Pada sore hari, Ziah ingin mengajak Tia untuk piket sore karena Ziah takut untuk piket sore sendirian.
            “Maaf yah ziah, aku tidak bisa. Aku masih harus membantu pekerjaan rumah karena ibuku sedang pergi”, kata Tia.
            “Iya tidak apa-apa kok”, kata Ziah dengan senyum.          
            Walaupun Ziah tersenyum, tetapi hatinya berdetak kencang karena takut. Saat perjalanan ke sekolah pun, ia pun mulai mengeluarkan keringat dingin.
            “Tidak terjadi apa-apa.. tidak terjadi apa-apa.. tidak terjadi apa-apa..”, Ziah meyakinkan diri sendiri.
            Saat Ziah tiba di sekolah, Burhan dan Dika pun telah bersiap di gudang lantai 2. Dika pun menyuruh Burhan untuk mengecek keadaan disekitar. Lalu Burhan pun sontak melihat Ziah yang datang dengan baju olahraga sekolahnya beserta kerudung berwarna putih dengan bros kelinci berwarna biru.
            “Eh Ziah.. Se, se, sedang apa?”, tanya Burhan dengan panik.
            “Aku ingin piket sore. Burhan sendiri sedang apa?”, tanya balik Ziah pada Burhan dengan senyum.
            “Eh itu.. aku habis mengambil barang yang tertinggal hehe”, jawab Burhan dengan asal.
            “Hmm, kalau begitu, mau tidak menemani ku piket? Jujur aku takut jika harus piket sendirian. Tia tidak bisa ikut karena harus membantu ibunya”, jawab Ziah dengan menyentuhkan kedua telunjuknya.
            “Hmm.. bagaimana yah? Iyadeh, aku temani”, jawab Burhan dengan senyum.
“Horee.. terima kasih, Burhan. Kalau begitu hayu atuh”, ucap Ziah dengan senangnya.
            Mereka berdua pun pergi ke ruang OSIS untuk membereskan perlengkapan acara sekolah kemarin. Saat Mereka menuju ke gudang lantai 2, Ziah pun kaget tatkala Burhan menghilang secara tiba-tiba. Padahal sebenarnya Burhan pergi untuk segera mengirimkan pesan singkat kepada Dika bahwa Ziah telah berada di lantai 2. 
            Saat menaiki tangga, Ziah pun dikageti Dika yang berpura-pura menjadi psikopat yang membawa pisau. Lalu Ziah pun jatuh dari tangga dan kepalanya pun berdarah.
Burhan pun kaget melihat Ziah jatuh, dan langsung menyalahkan Dika. Mereka mengira Ziah meninggal tanpa mengecek detak jantung dan nafas Ziah karena panik, lalu mereka pun langsung membawa Ziah dan membuangnya di pinggiran sungai yang penuh limbah.
Pada malam harinya, Ziah pun terbangun..
“Bau apaan nih? Ih, ini dimana? Kok banyak sampah sih?”, kaget Ziah.  
            Fazila pun mengingat-ingat bahwa tadi ada orang yang mengejutkannya saat sedang melakukan piket disekolahnya. Lalu ia pun terpaksa pulang jalan kaki dengan badan yang kotor dan bau. Pada saat yang bersamaan, Burhan sedang ingin membeli makanan sambil memikirkan hasil perbuatannya.
            “Haduh, bagaimana jika aku ketahuan telah ikut-ikutan menakuti Ziah sampai Ziah meninggal ya? Ini semua emang gara-gara si Dika itu. Bisa-bisa aku dikeluarkan dari sekolah, atau bahkan dipenjara”  pikir Burhan dengan khawatir.
            Saat Burhan berjalan sambil termenung, dia melihat sesosok wanita berhijab yang tidak asing baginya, dan yang ia lihat adalah Ziah.
            “Zi, Zi, Ziaaah??”, tanya Burhan dengan wajah penuh ketakutan.
            “Eh Burhan, sedang apa disini?”, tanya balik Ziah dengan senyum manisnya.
             “Se, se, setaaaaan!!”, teriak Burhan sambil berlari.
            Burhan pun lari ketakutan melihat Ziah yang ia kira adalah hantu dari Ziah yang sedang menghantuinya. Tetapi saat sedang melarikan diri, ia pun menabrak tiang listrik yang ada di depannya.
            “Burhan tidak apa-apa? Sakit ya? Eh tadi kamu bilang apa? setan? mana? kyaaa!!” Ziah pun ikut berteriak.
            “Ya kamu sudah mati kan?” tanya Burhan
            “Mati? Ih jahat! aku itu masih hidup tahu!”tegas Ziah dengan wajah jengkel.
            “Ma, masih hidup? Kalau begitu maafkan aku, Ziah! Ini semua ide Dika. Aku hanya ikut-ikutan saja kok.”
            Burhan pun menjelaskan tentang rencana Dika dengannya kepada Ziah.
            “Hmm, enak saja aku dibilang sudah mati! Iya tidak apa-apa kok. Aku maafin. Sudah bangunlah” seperti biasa Ziah menjawab dengan senyumannya.
            “Terima kasih, maaf yah”, ucap Burhan
            Setelah Burhan mengetahui bahwa Ziah tidak mati, ia pun segera mengantarkan Ziah pulang kerumahnya dengan sepeda motor untuk mengobati luka Ziah dan menerangkan alasannya mengapa ia membantu Dika. Lalu Burhan bersama Ziah merencanakan sesuatu untuk mengerjai Dika.
            Keesokan harinya, Burhan pun menyuruh Ziah agar tidak masuk sekolah karena ini adalah bagian rencana yang ia buat, lagipula Ziah masih butuh istirahat. Lalu, saat di sekolah Burhan pun memberi tahu semua kejadiannya kepada Tia dan rencana yang ia buat serta meminta Tia untuk bekerja sama dengannya.
            Pada malam harinya, Burhan pun segera menelpon Dika untuk menemuinya di depan sekolah karena ingin membicarakan sesuatu. Dika pun segera pergi ke sekolah. Lalu Burhan, Ziah, dan Tia pun segera pergi ke sekolah.
            “Mana si Burhan si penakut itu?” tanya Dika dalam hati.
            Ziah pun mendekati Dika secara diam-diam. Lalu Dika mendengar suara seseorang yang memanggilnya…
            “Dikaa... Dikaa... Mengapa kau membunuhku..? Apa salahku dikaa..?”  tanya Ziah.
            “Su, suara siapa itu!?” Dika kaget.
            “Ini aku.. Ziaaah.. Temanmu yang telah kau bunuh~..”
            Ziah, Burhan dan Tia pun tertawa kecil dibalik semak-semak.
            “Zi, Ziah?? Apa maumu?”, tanya Dika dengan bergetar.
            “Kau harus matiii...”
            “Ma, maafkan aku, Ziah.. A,aku kapok”, ucap Dika dengan celana basah karena mengompol.
            “Matiii, matiii.. Kau harus mati ditanganku.. Arrggh..”, kata Ziah mangancam dengan mengaum.
            “Hei, kenapa kamu jadi siluman harimau? Aku kan menyuruhmu jadi setan, bukannya siluman”, bisik Burhan.
            “Hihi, maaf, maaf” bisik Ziah dengan mengedipkan mata pada Burhan.
            “Eh, iya tidak apa-apa kok..” kata Burhan dengan wajah memerah.
            “Ti, tidak.. Maafkan aku, Ziah. Aku tidak ingin mati dulu, aku belum kawin! Aku tidak ingin matiii!!”, seru Dika sambil lari terbirit-birit.
            Dika pun lari terbirit-birit dengan celananya yang basah karena ketakutan. Burhan, Ziah, dan Tia pun tertawa terbahak-bahak melihatnya.
            Sejak saat itu, Dika pun menjadi penakut dan jera tidak ingin menebar teror hantu di sekolahnya lagi.


Tamat

0 komentar:

Posting Komentar